A. Pendahuluan
Deskripsi Mata Kuliah
Lingkup materi yang diaj arkan dalam bab ini adalah keterkaitan antara pencemaan
dengan pemanfaatan makanan, struktur dan fungsi alat pencemaan, kelenjar pencemaan,
bagaimana mekanisme pencemaan dan penyerapan makanan dalam tubuh ikan.
Relevansi
Selesai mempelajari materi ini dihampkan mahasiswa memahami keterkaitan
antara pencemaan dengan pemanfaatan makanan pada ikan. Materi ini merupakan
lanjutan dari mata kuliah Dasar-dasar Budidaya.
Kompetensi
Khusus Selesai mengikuti kuliah
materi ini mahasiswa mampu :
1. Mendeskripsikan pengertian pencernaan dan penyerapan makanan
2. Menjelaskan keterkaitan ant/am pencemaan dengan nutrisi
3. Menyebutkan dan menguraikan kelompok ikanberdasarkan kebiasaan makanan
4. Menjelaskan proses penyerapan protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan
mineral
5. Menghitung nilai kecemaan makanan menggunakan salah satu metode
analisis
B. Materi
1. Pengertian
Pencernaan dan Keterkaitannya dengan Ilmu Nutrisi
Pengetahuan mengenai proses pencernaan pada ikan sangat diperlukan dalam
mempelajari nutrisi. Hal ini dapat dimengerti karena nutrisi yang terkandung
dalam makanan akan melalui proses pencemaan sebelum diserap untuk dimanfaatkan
sebagai sumber energi dan pertumbuhan. Makanan dalam istilah akuakultur disebut
pakan merupakan salah satu komponen dalam budidaya ikan sangat besar perannya
baik dilihat sebagai faktor penentu pertumbuhan maupun dilihat dari aspek biaya
produksi. Dari keterkaitan hubungan antara fisiologis, pencemaan, nutrisi dan
pertumbuhan maka jelaslah bahwa pemahaman tentang pencemaan sangat dibutuhkan
dalam mempelajari nutrisi ikan.
Pencernaan adalah proses penyedehanaan makanan melalui mekanisme fisik dan
kimia sehingga menjadi bahan yang mudah diserap dan disebarkan ke seluruh tubuh
melalui sistem peredaran darah. Pendekatan dalam mempelajari pencernaan makanan
dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu: (1 ) studi struktur alat pencemaan,
dapat dilakukan dengan mengamati anatomi, histologi dan sitologi; (2) studi
biokimia, biasanya berdasarkan analisa kadar nutrien dalam makanan, feses, dan tubuh
ikan serta biasa melalui analisa enzim seprti kecernaan makanan dan aktivitas
enzimatik. Sehubungan dengan pengertian pencemaan dan penyerapan makanan
sebagai suatu proses, maka pembahasan mengenai pencenaan dan penyerapan
menyangkut tentang:
(a) Struktur alat pencemaan, dalam hal ini alat pencemaan berperan sebagai
tempat berlangsungnya proses pencernaan dan penyerapan zat makanan.
(b) Biokimia dan bahan yang terkait dengan proses pencemaan, antara lain:
zat makanan, enzim, mucus, asam klorida, cairan empedu dan hormon.
(c) Mekanisme pencernaan dan penyerapan zat makanan, yakni mekanisme fisik
dan kimia serta interaksi antara komponen-komponen yang terkait dengan
pencemaan dan penyerapan sehingga makanan dapat dlcerna, diserap dan
selanjutnya dimanfaatkan oleh tubuh ikan.
2. Struktur dan
Fungsi Alat Pencernaan
Seperti hewan umumnya, ikan memiliki alat pencernaan yang terdiri dari
saluran pencernaan dan keienjar pencernaan. Saluran pencernaan ikan meliputi
mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung pilorus, usus, rektum dan anus.
Sedangkan kelanjar pencemaan terdiri dari hati dan pankreas. Secara anatomis,
struktur alat pencernaan ikan berkaitan dengan bentuk tubuh, kebiasaan makan
(tingkah laku makan) serta umur (stadia hidup) ikan. Perbedaan struktur
anatomis alat pencernaan antara ikan-ikan yang berbeda bentuk tubuhnya dapat
dengan mudah dilihat misalnya antara ikan sidat (Anguilla sp) dengan ikan
kakap (Lates calcarifer). Walaupun kedua jenis ikan tersebut
termasuk kategori yang sama yaitu karnivora, akan tetapi karena bentuk tubuhnya
berbeda, maka struktur anatomis alat pencernaannya relatif berbeda terutama
bentuk lambungnya.
Berdasarkan kebiasaan makanannya, ikan dikelompokkan ke dalam
tiga kategori yaitu: ikan herbivora, yaitu ikan yang sebagian besar makanannya
terdiri atas tumbuhan; ikan kamivora, yaitu ikan yang sebagian besar makanannya
terdiri atas hewan; dan ikan omnivor, yaitu ikan yang makanannya terdiri atas tumbuhan
dan hewan. Perbedaan struktur anatomis alat pencemaan pada ketiga kategori ikan
tersebut jelas terlihat.
Perbedaan yang mencolok diantara
ketiga kategori tersebut terdapat pada struktur gigi pada rongga mulut,
struktur tapis insang pada segmen faring, keberadaan dan bentuk lambung, dan
panjang usus.
Mulut. Posisi mulut ikan sangat
bervariasi, hal ini sangat dipengaruhi oleh kebiasaan makanan ikan tersebut.
Disamping posisi mulut, ukuran bukaan mulut juga penting dalam kaitannya dengan
pemberian makanan dalam usaha budidaya.
Rongga mulut. Di bagian belakang
mulut terdapat ruang yang disebut rongga mulut. Pada lapisan permukaan rongga
mulut terdapat sel-sel penghasil lender. Terdapat juga organ penerima rasa yang
dinamakan taste receptor atau taste bud. Taste bud yang terdapat pada rongga mulut
berfungsi sebagai penyeleksi makanan yang dimakan ikan.
Faring. Segmen setelah rongga
mulut adalah faring. Pada ikan yang memperoleh makanan dengan menyaring
organisme air (plankton), proses penyaringan terjadi pada segmen ini. Pada jenis
ikan tertentu, segmen faringnya terdapat gigi faring yang berfungsi untuk
menyobek dan mengerus bahan tumbuhan dan gastropoda.
Esophagus. Segmen esofagus
merupakan permulaan dari saluran pencemaan yang berbentuk pipa (tabung). Segmen
ini relatif pendek dan mengandung lender cukup tebal berfungsi memudahkan
makanan masuk kedalam lambung. Pada ikan Anguilla sp, segmen ini relatif panjang
dan sempit sebagai tempat pengenceran air laut yang masuk bersama-sama makanan sebelum
makanan tersebut menuju lambung.
Lambung. Lambung merupakan segmen
pencernaan yang diametemya relatif besar bila dibandingkan dengan segmen
lainnya. Besamya ukuran lambung berkaitan dengan fungsi lambung sebagai tempat
penampungan makanan sementara. Pada
segmen ini makanan mengalami pengadukan sampai menjadi komponen yang disebut
chime. Tentang lambung, ikan memiliki dua bentuk lambung yaitu lampung
sebenanya dan lambung palsu. Pada ikan yang tidak berlambung, fungsi
penampungan makanan digantikan oleh usus depan yang termodifikasi menjadi
kantung yang membesar (lambung palsu). Pada ikan tidak bergigi/sedikit bergigi,
misalnya pada ikan-ikan herbivora biasanya terdapat gizard (lambung khusus)
yang berfungsi untuk menggerus makanan.
Pylorus. Pylorus merupakan segmen pencernaan yang terletak
antara lambung dan usus depan. Segmen ini sangat mencolok karena ukurannya
yang mengecil/menyempit. Pada beberapa ikan terdapat usus-usus kecil dan pendek
yang disebut pyloric caeca. Dengan menyempitnya saluran pencernaan pada segmen
ini berarti bahwa segmen pilorus berfungsi sebagai pengatur pengeluaran makanan
(chyme) dari lambung ke segmen usus. Pada ikan yang tidak memiliki lambung,
seperti cyprinidae, gobiidae, dan scaridae, segmen ini tidak nampak.
Usus. Usus merupakan segmen terpanjang dari saluran
pencernaan. Pada ikan pembagian segmen ini lebih sederhana dibandingkan pada hewan
tingkat tinggi lainnya. Hal ini karena bentuk serta diameter usus relatif
homogen mulai bagian depan hingga bagian belakang. Panjang usus ikan bervariasi
terkait kebiasaan makanan ikan. Pada bagian depan usus terdapat dua saluran
yang masuk ke dalamnya, yaitu saluran yang berasal dari kantung empedu (ductus
choledochus) dan yang berasal dari pankreas. Pada ikan yang pankreasnya
menyebar pada organ hati maka hanya terdapat satu saluran yaitu ductus
choledochus. Usus berakhir dan bermuara keluar sebagai anus. Merupakan tempat
terjadinya proses penyerapan zat makanan. Bentuk sel yang umum ditemukan pada
epitelium usus adalah enterosit dan mukosit. Enterosit merupakan sel yang
paling dominan dan di antara enterosit terdapat mukosit. Jumlah mukosit meningkat ke arah bagian belakang
usus. Enterosit merupakan sel yang permukaan atasnya mengarah ke rongga mulut
memiliki mikrovili yang berperan dalam penyerapan makanan. Mukosit atau sel
penghasil lendir merupakan sel yang berbentuk seperti piala (sel goblet). Pada permukaan mukosit terdapat mikrovili,
yang bagian bawahnya mengandung butiran-butiran yang disebutmucigen sebagai
hasil sintesis sel.
Rektum. Rektum merupakan segmen saluran pencernaan
yang terujung. Secara anatomis sulit dibedakan antara usus dan rektuk, namun
secara histologi batas antara kedua segmen tersebut dapat dibedakan sehubungan
dengan adanya katup rektum (rectal valvae). Segmen ini berperan dalam penyerapan
air dan ion. Pada larva ikan, rektum berfungsi untuk penyerapan protein.
Kloaka. Kloaka adalah ruang tempat bermuaranya
saluran pencemaan dan saluran urogenital. Ikan bertulang sejati (Teleostei)
tidak memiliki kloaka, sedangkan ikan-ikan bertulang rawan (Chondricthyes) memiliki
organ tersebut. Pada kloaka, saluaran pencernaan masuk dari bagian bawah,
sedangkan saluran urogenital masuk melalui bagian atas. Klep kloaka terdapat
pada lubang pengeluaran.
Anus. Anus
merupakan ujung dari saluran pencernaan yang berfungsi sebagai tempat keluarnya feses
yang berasal dari rektum. Pada ikan bertulang sejati, anus terletak di sebelah
depan saluran genital. Pada ikan yang bentuk tubuhnya memanjang, anus terletak
jauh di belakang kepala bedekatan dengan pangkal ekor. Sedangkan ikan yang
tubuhnya membundar, posisi anus terletak jauh di depan pangkal ekor mendekati
sirip dada.
3. Kelenjar Pencernaan
Kelanjar pencemaan pada ikan terdiri
dari hati dan pankreas. Kedua organ tersebut rnensekresikan bahan yang kemudian
digunakan dalam proses pencemaan makanan.
Lambung
Selain sel-sel yang
mensekresi mukus, mukosa lambung mempunyai sel gastrik. Sel-sel penghasil
cairan gastrik terdapat di bawah lapisan epitelium, berfungsi mensekresikan
pepsin dan asam klorida (HCl). HCl berperan untuk melepuhkan makanan,
mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin, menurunkan pH isi lambung sehingga
aktivitas enzim proteolitik terutama pepsin meningkat, mengubah osmolaritas,
mencegah perumbuhan bakteri, menstimuli hasilnya sekretin dan pankreozim pada usus
sehingga dapat memicu sekresi bikarbonat dan enzim oleh pankreas. Pada lambung
terdapat sel enteroendokrin yang menghasilkan hormon-hormon gastrointestinal
antara lain gastrin berperan dalam menstimulasi sekresi asam klorida, mukus,
enzim pepsin dan pergerakan lambung.
Hati
Hati
merupakan suatu kelenjar yang kompak, berwarna merah kecoklatan terletak pada
rongga bawah tubuh, di belakang jantung dan disekitar usus depan. Di sekitar hati
terdapat organ berbentuk kantong kecil, bulat, oval atau memanjang dan berwama
hijau kebiru-biruan. Organ ini dinamakan kantung empede yang berfungsi untuk
menampung cairan empedu. Pigmen empedu (bilirubin) merupakan hasil sintesis
hati yang berasal dari hemoglobin. Cairan empedu ini berperan sebagai emulsifikator
lemak, sehingga lemak dapat diserap oleh dinding usus. Secara umum hati
berfungsi sebagi tempat metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta tempat
memproduksi cairan empedu.
Pankreas. Pankreas merupakan organ yang mensekresikan
bahan (enzim) dan bikarbonat yang berperan dalam proses pencemaan. Pankreas ada
yang berbentuk kompak dan ada yang diffus (menyebar) di antara sel hati. Letak
penkreas berdekatan dengan usus depan sebab saluran pankreatik bermuara ke usus
depan. Saluran pankreatik yaitu saluran-saluran kecil yang bergabung satu sama
lain dan pada akhirnya akan terbentuk saluran yang keluar dari pankreas menuju
usus depan. Hasil utama pankreas adalah enzim pencernaan yaitu enzim protease,
amilase, khitinase dan lipase.
4. Pencernaan dan Penyerapan
Pencernaan
Sebelum makanan diperoleh dan
ditelan, terlebih dahulu terjadi rangsangan berupa nafsu untuk makan. Nafsu
untuk makan dapat dirangsang melalui penglihatan, bau dan rabaan. Sesaat
setelah timbulnya nafsu untuk makan, maka alat-alat pencernaanya segera bersiap
untuk menerima makanan dan kemudian mencernakannya. Setelah makanan digigit,
untuk menelannya diperlukan bahan pelicin yaitu air liur. Selain sebagai
pelicin, air liur juga mengandung enzim ptialin yang merupakan enzim pemecah
karbohidrat menjadi maltosa yang kemudaian dilanjutkan menjadi glukosa.
Namun, karena ikan tidak mengunyah
makanan, padahal pemecahan karbohidrat membutuhkan waktu yang lama, maka
ptialinnya baru dapat bekerja aktif setelah makanan sampai di lambung. Selain
mengandung enzim ptialin, air liur juga mengandung senyawa penyangga derajat
keasaman (bufer) yang berguna untuk memecah terjadinya penurunan pH agar proses
pencernaan dapat berjalan normal.
Pencernaan makanan adalah
penyederhanaan makanan yang pada awalnya
berupa molekul kompleks menjadi molekul sederhana baik secara fisik maupun kimia
yang selanjutnya diserap dan diedarkan melalui sistem peredaran darah ke
seluruh tubuh. Pencernaan secara mekanik atau fisik dimulai di bagian rongga
mulut yaitu dengan berperannya gigi dalam proses pemotongan dan penggerusan
makanan. Pencemaan secara mekanik ini dilanjutkan di segmen lambung dan usus
yaitu dengan adanya kontarksi otot pada segmen tersebut. Pencemaan di lambung
dan usus sangat efektif karena adanya peran cairan digestif. Pencemaan secara kimiawi
pada ikan mulai terjadi di segmen lambung karena pada segmen ini cairan
digestif mulai dihasilkan. Pencernaan secatra kimiawi selanjutnya terj adi di
segmen usus yang melibatkan cairan digestif yang diproduksi hati, pankreas dan
dinding usus.
Akibat aksi fisik dan kimiawi terhadap makanan yang masuk menyebabkan terjadinya
perubahan makanan dari asalnya yang bersifat kompleks menjadi senyawa
sederhana. Dalam bentuk senyawa sederhana ini makanan menjadi zat terlarut yang
memungkinkan dapat diserap dinding usus. Komponen makanan yang berupa protein,
lemak dan karbohidrat selama proses pencemaan berubah menjadi senyawa sederhana
yang merupakan komponen penyusunnya. Protein dirombak menjadi asam-asam amino,
lemak menj adi asam-asam lemak dan karbohidrat rnenjadi gula sederhana.
Enzim yang berperan dalam pencernaan protein adalah proteinase, baik yang
disekresikan oleh kelenjar lambung, pankreas maupun dinding usus. Di lambung,
protein dalam makanan akan mengalami denaturasi oleh keija HCl dan dihidrolisis
oleh katalisator enzim pepsin menjadi peptida. Di usus, peptida akan mengalami
hidrolisa dengan enzim karboksipeptidase, tripsin, khimotripsin dan elastase
yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas menghasilkan senyawa polipeptida,
tripeptida, dan dipeptida. Oligopeptida dihidriolisa oleh enzim peptidase yang
dihasilkan dinding usus menghasilkan tripeptida, dipeptida dan asam amino.
Hidrolisa terhadap senyawa tripeptida dan dipeptida dilakukan oleh enzim tripeptidase
dan dipeptidase menghasilkan asam amino. Asam amino yang merupakan produk akhir
hidrolisa protein rr.erupakan senayawa yang dapat diserap dinding usus dan
diedarkan ke seluruh tubuh.
Lemak mulai mengalami pencemaan
secara kimiawi di segmen lambung, namun secara intensif terj adi di segmen usus.
Enzim lipase pankreatik menhidrolisis trigliserida menjadi monogliserida dan
asam lemak. Hampir 80% lemak dikonsumsi, hidrolisanya dikatalis oleh enzim lipase
pankreatik. Dengan adanya garam empedu yang berfungsi sebagai pengemulsi lemak
maka terbentuklah panikel lemak berukuran kecil yang disebut “micelles”.
Micelles ini terdiri dari asam lemak, monogliserida dan kolesterol yang
merupakan senyawa-senayawa yang dapat diserap dinding usus.
Karbohidrat dalam makanan umumnya
terdapat dalam bentuk senyawa polisakarida, disakarida dan monosakarida.
Karbohidrat tersebut dapat berasal dari tumbuhan (pati, serat, selulosa dan
fruktosa) dan dari tubuh hewan (glikogen). Karena ikan tidak memiliki kelanjar
air liur (salivary gland), maka pencemaan karbohidrat dimulai di segmen
lambung.
Pencemaan karbohidrat secara
intensif terjadi di segmen usus yaitu dengan adanya cnzim amylase pankreatik.
Pada segmen usus, pati dan glikogen dihidrolisis oleh enzim amylase menjadi
maltosa dan dekstrin. Kemudian maltosa dan dekstrin ini akan dihidmlisis oleh
laktase dekstrinase menjadi glukosa. Disakarida dihidrolisis oleh laktase atau
sukrase sehingga menghasilkan galaktosa, glukosa dan fruktosa. Pada dinding
usus galaktosa dan fruktosa akan diubah menjadi glukosa. Selulosa dihidrolisis
oleh sellulase manjadi sellubiosa, kemudian sellubiosa dihidnolisis oleh
sellobiase menjadi glukosa. Dalam bentuk senyawa glukosa ini karbohidrat dapat diserap
oleh dinding usus.
Penyerapan
Proses masuknya nutrien (senyawa
sederhana) ke dalam dinding usus (enterosit) dapat terjadi melalui berbagai
cara, antara lain difusi sederhana, difusi dengan bantuan bahan pengangkut,
transpor aktif, osmosis dan endositosis. Komponen makanan yang tidak dapat
dicema dan diserap selanjutnya bergerak ke segmen-segmen berikutnya dan akhimya dibuang dalam bentuk feses
melalui anus.
Penyerapan protein pada ikan dapat
terjadi dalam bentuk makromolekul (terutama stadia larva), peptida (misalnya
pada trout), tetapi umumnya dalam bentuk asam amino. Penyerapan asam amno terjadi
secara aktifdan tegantung pada ion Na+ di bagian luar sel penyerap, sedangkan
pada ikan laut, penyerapan asam amino bergantung pada ion Cl-.
Ikan yang tidak berlambung atau
pada stadia larva, penyerapan protein makromolekul terjadi melalui proses pinositosis
pada usus bagian tengah. Sedangkan pada ikan berlambung, penyerapan asam amino berlangsung
melalui mekanisme aktif sehingga membutuhkan energi dan bergantung pada ion
sodium (Na+).
Penyerapan lemak pada ikan lebih
lambat dibandingkan pada mamalia, namun mekanisme proses penyerapannya tidak
jauh berbeda. Hasil peneemaan lemak yang melibatkan cairan empedu dan enzim
lipase pankreatik, dihasilkan suatu campuran asam lemak, mono dan gliserida dan
sedikit gliserol. Agregat hasil pencemaan lemak yang disebut micelles masuk ke
dalam mikrovilli, kemudian asam lemak dan gliserida terpisahkan dan merembes
melalui membran sel dan masuk melalui pinositosis. Asam lemak berantai pendek
(10-12 atom C) langsung diangkut ke kapiler darah(vena portal), sedangkan asam
lemak berantai panj ang dan gliserida mengalami esterifikasi dalam sel penyerap
tersebut (enterosit).
Karbohidrat diserap dalam bentuk
monosakarida, yaitu glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Proses penyerapannya
dipengaruhi oleh hormon insulin. Hormon tersebut dihasilkan oleh kelenjar
pankreas. Pada vertebrata, kabohidrat atau pati dihidrolisis menjadi sakarida
dan maltosa oleh amylase pankreatik. Maltosa bersama sukrosa dan laktosa
bergerak ke dalam mikrovilli dari enterosit, sebagain kecil dari sakarida
berdifusi langsung ke dalam sel mukosa dan kemudian dihidrolisa di dalam
enterosit oleh enzim dalam sel (intra seluler digestion). Sebagian besar
disakarida dihidrolisis di dalam enterosit oleh enzim disakarida dan diserap
dalam bentuk fruktosa, glukosa dan galaktosa. Fruktosa masuk kedalam sel melalui
difusi sederhana kemudian di dalam sel dikonversi menjadi glukosa.
Kebalikamiya, glukosa diangkut ke dalam sel melawan suatu perbedaan konsentrasi
sehingga memerlukan sistem pengangkutan khusus. Untuk transpor glukosa ini diperlukan
carrier dan biasanya berpasangan dengan ion Na+.
Selain asam amino, asam lemak dan
glukosa yang mengalami peyerapan, terdapat juga vitamin dan mineral. Untuk
vitamin yang larut dalam air, proses penyerapannya bersamaan dengan masuknya
air kedalam membran sel baik secara difusi sederhana maupun osmosis. Vitamin
yang larut dalam lemak akan diserap oleh didnding usus (enterosit) bersamaan
dengan diserapnya asam lemak. Dengan demikian semakin banyak asam lemak yang
diserap oleh tubuh makajumlah vitamin A, D, E dan K dalam tubuh akan lebih
banyak pula. Selanjutnya vitamin-vitamin yang diserap tersebut akan‘ digunakan
sebagai coenzim yang memiliki peranan penting sebagai biokatalisator pada
berbagai proses metabolisme.
Mineral yang terkandung dalam
pakan setelah melalui proses pencernaan sebagian akan melarut dalam air (berada
dalam bentuk larutan) bersamaan dengan terserapnya air, mineral tesebut akan masuk
ke dalam sel melalui membran sel epitel (enterosit). Masuknya beberapa jenis
mineral (misalnya Na, K, Ca dan lain-lain) ke dalam sel epitel dapat berlangsung
secara aktif (transpor aktif) sehingga prosesnya membutuhkan energi.
Mineral-mineral tersebut selain akan digunakan sebagai material pada proses
biosintesis (menjadi komponen tulang, sel darah merah dan lain sebagainya) juga
akan digunakan untuk mempertahankan tekanan osmotik cairan tubuh.
5. Analisis Nilai Kecernaan Makanan
Pengukuran nilai kecemaan pada
ikan sama dengan yang dilakukan terhadap hewan darat. Terdapat dua metode
pengukuran yaitu metode langsung dan metode tak langsung.
Metode Iangsung
Penggunaan metode
langsung biasa digunakan untuk menghitung nilai kecernaan ikan pada tingkat
individu. Pada metode ini, ikan diberi makan secara adlibitum (kenyang) dan pemberian
makanannya setelah isi perut ikan kosong (melalui pemuasaan).
Semua makanan yang dikonsumsi dan
semua feses yang dikeluarkan oleh ikan selama fase pengukuran (24jam) diukur (ditimbang).
Persamaan yang digunakan untuk menghitung nilai kecernaan makanan dengan menggunakan
metode langsung adalah:
I-F
DA (%)= ------------
I
DA adalah kecernaan total; I adalah
jumlah makanan yang dikonsumsi; F adalah jumlah feses yang dihasilkan. Nilail
dan F dapat dinyatakan dalam bentuk bahan kering gram, nutrien atau satuan
energi.
Kesulitan dalam menerapkan metode
pengukuran langsung pada ikan adalah pada pengukuran feses secara tepat. Pada
ikan kamovora, feses yang dikeluarkan larut dalam air. Oleh karena itu
diperlukan metode koleksi feses yang benar-benar dapat menjamin feses yang
dikeluarkan ikan semuanya dapat diukur.
Metode tak langsung
Kesulitan
dalam pengukuran nilai kecernaan ikan dengan metode langsung mendorong orang
lebih sering menggunakan metode tak langsung. Dalam metode ini, penentuan
jumlah total makanan yang dikonsumsi dan total feses yang dihasilkan tidak dibutuhkan
lagi. Makanan yang dikonsumsi ikan pada metide ini harus ditambahkan indikator.
Indikator yang biasa digunakan adalah: (a) bahan organik yang resisten terhadap
hidrolisis, Hydrolisis Resistant Organic Matter
(HROM), dengan bahan dasar selulosa dan khitin; (b) silika; (c) serat kasar;
(d) hydrolysis resistant ash; dan (e) chromium oksida (Cr2O3). Diantara kelima
indikator ini, Cr2O3 yang paling umum digunakan. Persentase Cr2O3 yang
ditambahkan ke dalam makanan biasanya sebesar 1%. Untuk menghitung nilai
kecemaan makanan menggunakan metode tak langsung menggunakan persamaan:
Ip Np
Da=100 - (100 x -------x-------)
If Nf
Da adalah kecernaan nutrien (%); Ip
adalah persentase indikator dalam makanan; Np adalah persentase nutrien dalam
makanan; If adalah persentase indikator dalam dalam feses; Nf, persentase
nutrien dalam feses.
Untuk menghitung nilai kecernaan
bahan keringnya digunakan persamaan:
Ip
Da = 100 - (100 x-------)
If
Ip adalah persen indikator dalam
makanan; If adalah persen indikator dalam feses.
C. Penutup
1. Latihan
1. Apa yang dimaksud pencemaan dan penyerapan makanan ?
2. Jelaskan keterkaitan antara pencemaan makanan dengan
nutrisi!
3. Sebutkan dan jelaskan kelompok ikan berdasarkan kebiasaan
makanannya!
4. Uraikan secara singkat proses penyerapan protein, lemak, karbohidrat,
vitamin dan mineral pada ikan!
5. Seeker ikan mengkonsumsi pakan sebanyak 89 g yang mengandung
kromium oksida sebanyak 5,6 g. Feses ikan yang berhasil dikoleksi 27 g dengan
kandungan kromium 2,1 g. Hitung; berapa nilai kecemaan pakan yang dikonsumsi ikan
tersebut!
DAFTAR PUSTAKA
Affandi
R, Sjafei DS, Rahardjo MF, dan Sulistiono, 2004. Fisiologi pencernaan
(pencernaan dan penyerapan makanan). Departemen Sumberdaya Perairan, F akultas
Perikanan dan llmu Kelautan IPB. 208 hal.
Craig
S and Helfiich LA. Understanding fish nutrition, feed, and feeding. Department of
Fisheries and Wildlife Science. Virginia Tech.
Maynard
LA and Loosli JK, 1962. Animal nutrition. New York, McGraw- Hill Book Co.
Prosser
CL, 1973. Comparative animal physiology. Philadelphia, W.B. Saunders Company,
1011 p. 3rd ed.
Takeuchi
T, 1988. Fish nutrition and mariculture. Dalam T Watanabe. JICA Textbook.
Departemen of Aquatic Bioscience, Tokyo University. Japan. 233 p. White A,
1978. Principles of biochemistry. New York, McGraw-Hill Book Company, 1492 p. 6th
ed.
DOWNLOAD_2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar