AQUACULTURE SUBJECT

THE FUTURE CHOICE

Minggu, 10 Desember 2017

BIOENERGETIKA



KEBUTUHAN ENERGI
A. Pendahuluan
Deskripsi
Lingkup materi yang diajarkan dalam bab ini adalah keterkaitan antara konsep bioenergetika dengan ilmu nutrisi, aliran energi dalam tubuh ikan, bahan makanan yang menghasilkan energi serta kebutuhan energi untuk ikan.
Relevansi
Selesai mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa memahami pentingnya konsep bioenergetika diterapkan dalam mempelajari ilmu nutrisi. Materi ini merupakan lanjutan dari mata kuliah biokimia dan biologi.
Kompetensi Khusus
Selesai mengikuti kuliah materi ini mahasiswa mampu :
1.  Mendeskripsikan pengertian bioenergetika dan menjelaskan hubungan bioenergetika dengan nutrisi
2. Menjelaskan aliran energi dalam tubuh ikan
3. Menyebutkan komponen makanan penghasil energi untuk ikan
4. Menyebutkan dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan energi pada ikan
5. Menjelaskan menggunakan gambar distribusi energi kaitannya dengan tingkat konsumsi

B. Materi
            1. Konsep bioenergetika
Energi diperlukan untuk mempertahankan seluruh proses kehidupan organisme. Kebanyakan tubumbuhan memperoleh energi langsung dari sinar matahari dan energi tersebut digunakan untuk mensintesis molekul kompleks dari molekul sederhana. Hewan tidak memiliki kemampuan dalam memanfaatkan energi matahari secara langsung. Hewan menggunakan energi dari oksidasi molekul kompleks.
Energi dalam makanan tidak tersedia sampai molekul kompleks dipecah menjadi molekul sederhana melalui proses pencemaan dan dioksidasi menghasilkan energi. Metabolisme energi pada ikan sama dengan yang terjadi pada mamalia dan burung dengan dua perkecualian: (a) ikan tidak menggunakan energi makanan untuk mempertahankan suhu tubuh, dan (b) Ekskresi nitrogen membutuhkan sedikit energi pada ikan dari pada hewan terestrial.
Pada kenyataan ada keseimbangan antara pasok energi dengan pembelanjaannya, dan tingkat keseimbangan tersebut bersifat dinamis. Berkaitan dengan hal tersebut, ada penelahan khusus untuk mengkaji keseimbangan energi tersebut, yang dinamakan bioenergetika. Pada prinsipnya bioenergetika adalah suatu studi untuk menelaah tingkat keseimbangan antara pasok energi dengan pembelanjaannya dan ini membutuhkan pengkajiaan proses fisiologis yang bertalian dengan energi
yang ditransformasikan di dalam organisme hidup.
Pemahamanan konsep bioenergetika pada suatu hewan termasuk ikan dibutuhkan sebagai dasar dalam penyusunan ransum harian yang cukup untuk lingkungan fisik textentu. Keberhasilan budidaya ikan tergantung pada penyediaan makanan yang mengandung nutrien yang berimbang dan energi yang cukup untuk memungkinkan pertumbuhan yang paling efisien.

2. Aliran energi pada ikan
Distribusi energi pada ikan diperlihatkan pada Gambar 1. Ikan akan menggunakan energi pertama kali untuk proses perawatan tubuh (maintenance) dan aktivitas voluntary sebelum energi tersebut digunakan untuk pertumbuhan. Dalam selang beberapa waktu apabila makanan yang dikonsumsi memiliki kandungan energi kuarang dari yang diperlukan untuk maintenance dan aktivitas voluntary maka ikan akan mengalami penurunan berat.
Energi yang hilang
Energi yang hilang melalui tubuh ikan dalam bentuk feses, urin, ekskresi insang dan sebagian dalam bentuk panas. Sejumlah kecil energi juga dapat hilang melalui permukaan tubuh ikan. Energi yang hilang dalam bentuk panas melalui tiga sumber dan ketiganya sulit diukur, yaitu: (a) metabolisme standar (standard metabolism), yaitu energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupan dan metabolisme standar ini sama dengan metabolisme basal yang biasa diukur untuk manusia. Oleh karena hewan seperti ikan sulit menghentikan gerakannya maka defenisi metabolisme basal tidak dapat diterapkan untuk ikan. Ketika ikan dihentikan pergerakannya akan cenderung lebih aktif melapaskan diri sehingga energi lebih banyak digunakan daripada dibiarkan berenang bebas, (b) aktivitas fisik voluntary, yaitu energi yang hilang akibat pergerakan ikan, mencari makan, mempertahankan posisi tuhuh dan lain sebagainya, (c) panas akibat metabolisme nutrien, juga disebut specific dynamic action (SDA), yaitu energi yang dihasilkan melalui rekasi-reaksi kimia, termasuk juga proses pencemaan makanan yang meliputi energi yang hilang akibat pencernaan, absorbsi, dan aktivitas anabolik serta ekskresi hasil met-abolisme.
Makanan yang dikonsumsi ikan tidak semuanya diserap oleh tubuh, sebagian akan terbuang lewat foses. Jumlah feses yang dikeluarkan ikan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor yang berhubungan dengan ikan itu sendiri maupun faktor luar (lingkungan dan pakan). Penentuan energi yang terkandung dalam satu miligram feses dapat ditentukan baik secara langsung (pengukuran energi menggunakan Bom Kalorimeter) atau tidak langsung (melalui pengukuran kandungan protein, lemak dan karbohidrat kemudian dikonversi ke dalam ekuivalen energinya). Apabila data kecemaan energi dan nutrien pada ikan diketahui (hasil pengukuran kecemaan) maka total energi yang terbuang lewat feses dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Ef = (100-Ed) x Ec (Ef, energi yang terbuat lewat feses; Ed, kecernaan energi; Sc : energi yang dikonsumsi).
Energi yang dapat dicerna adalah energi yang dikonsumsi dikurangi oleh yang terbuang lewat feses. Nilai energi yang dapat dicema dan nilai kecemaan nutrien (protein, lemak dan karbohidrat) harus digunakan untuk menduga tingkat ketersediaan energi dalam bahan makanan guna terutama dalam membuat formulasi pakan. Makanan komersial yang umum digunakan dalam budidaya ikan menghasilkan energi feses (terbuang) sebesar 10-40% dari energi kotor (energi yang
dikonsumsi). Kadang-kadang ditemukan beberapa bahan makanan yang 60-80% dari kandungan energinya terbuang lewat feses. Ikan, khususnya salmonidae mencema protein, lemak, gula, dan pati yang telah dimasak dengan baik, sedangkan pati mentah seluruhnya tidak dapat dicerna.
Zat makanan yang telah dicema dalam saluran pencemaan akan diserap oleh dinding usus. Zat makanan yang terserap terutama zat yang secara potensial mengandung energi seperti asam amino, asam lemak dan gula sederhana. Katabolisme lemak dan karbohidrat terjadi secara sempuma, sisa pembakarannya berupa air dan karbondioksida (tak berenergi). Katabolisme protein (asam amino) pada ikan terjadi secara tidak sempuma dan sisa pembakarannya bempa amoniak (>85%) dan urea (< 15%) disamping berupa air dan karbondioksida. Amoniak dan urea tersebut masih men gandung energi dengan nilai ekuivalen energinya masing-masing sebesar 221 dan 23 kj/gN. Jumlah energi yang terbuang lewat ekskresi ini berhubungan erat dengan nilai biologis total protein dalam makanan, dan juga dipengaruhi oleh proporsi bahan makanan lain terutama kadar dan jenis lemak yang terkandung dalam makanan. Sebagai konsukuensinya, nilai energi yang dapat dimetabolisme dari suatu makaan tidak terlepas dari komposisi makanan itu sendiri. Adanya keseimbangan antara asam amino dan energi dalam makanan berpengaruh terhadap terbuangnya produk sisa nitrogen melalui insang dan ginjal. Energi yang terbuang lewat ekskresi nitrogen ini cukup tinggi berkisar antara 7-28% dari energi yang dapat dicema.

Energi untuk Metabolisme
Energi yang dapat dimetabolisasi (metabolilzable energy) adalah energi yang siap digunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan. Besarnya energi ini dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut:
Em = Ec — (Ef+Eu); Em, energi metabolisme; Ec, energi yang dikonsumsi; Ef, energi yang terbuang lewat feses; Eu, energi yang terbuang lewat ekskresi nitrogen.
Jika protein dalam makanan dapat diserap sebesar 95% dan 77%, dan dari yang diserap tersebut dapat dimetabolisasi, maka akan didapatkan nilai energi sebesar 4,13 kkal/g protein (0,95x0,77x5,65kkal/g) untuk metabolisme dan pertumbuhan. Jika 95% dari lemak dan karbohidrat yang diserap dapat dimetabolisasi, dan masing-masing memiliki nilai kecernaan sebesar 80% dan 50% maka nilai energi fisiologis untuk lemak adalah 7,26 kkal g (0,96x0,8x9,45kkal/g) dan untuk karbohidrat adalah 1,97 kkal/g (0,96x0,5x4, 10 kkal/g). nilai yang disebutkan di atas tidak dapat dugunakan secara umum sebab jenis ikan dan komposisi nutrien dalam pakan dapat mempengaruhi tingkat pemanfaatan komponen makanan (nutrien).
Kebutuhan energi untuk metabolisme harus dipenuhi terlebih dahulu, baru apabila berlebih maka kelebihannya akan digunakan untuk pertumbuhan. Hal ini berarti bahwa apabila energi yang dapat dimetabolisasi jumlahnya terbatas maka energi tersebut hanya akan digunakan untuk metabolisme saja dan tidak untuk pertumbuhan. Dari total energi metabilisme (Em), sebagian akan digunakan untuk metabolisme standar/maintenance (Ms), sebagian untuk aktivitas fisik (Ma) dan sebagian lagi untuk kegiatan menghancurkan, mengubah dan menyimpan zat makanan (Msda).
Ikan membutuhkan energi secara terus menerus untuk maintenance tanpa melihat apakan ikan tersebut mengkonsmsi makanan atau tidak. Pada ikan yang dipuasakan, energi untuk maintenance ini
diperoleh dari hasil metabolisme cadangan energi tubuh (glikogen, lemak dan protein). Energi yang dibutuhkan untuk maintenance adalah total energi yang dibutuhkan untuk metabolisme basal, pengaturan suhu tubuh (pada hewan homoioterm) dan menyokong tubuh saat istirahat (resting
activity). Energi maintenance sebagian besar digunakan untuk metabolisme standar. Kebutuhasn energi untuk maintenance pada hewan poikiloterm (termasuk ikan) adalah 10-30 kali lebih rendah dari pada mamalia yang harus mempertahankan suhu tubuh sekitar 35°C.
Disamping pem belanjaan energi untuk mempertahankan suhu tubuh pada ikan dapat dikatakan nol, juga energi yang dibelanjakan untuk menopang tubuh sangat kecil scbab ikan hidup di air dan tubuh ikan dilengkapi dengan kantung udara sehingga dengan sendirinya bcrperan dalam menopang tubuh.

3. Sumber energi
Energi disimpan dalam molekul kompleks dari material makanan. Ketika oksidasi terjadi, makan energi dihasilkan dan dapat digunkan. Energi dihasilkan ditangkap oleh reaksi kimia dan digunkanan untiuk keperluan orgasnime dalam mempertahankan hidupnya. Energi yang dibutuhkan ikan diperoleh dari lemak, karbohidrat dan protein.

Lemak
Lamak adalah sumber energi yang dapat diperoleh dari tumbuhan dan hewan. Lemak mengandung lebih banyak energi per unit berat dari pada produk biologi lainnya. Selain itu lemak meningkatkan palatibiliti pakan. Lemak umumnya dapat dicema dengan baik dan digunakan ikan. Umumnya lemak mengandung energi metabolisme (ME) 8,5 kkal per gram. Produk asam lemak dari hasil pencemaan dapat digunakan dengan baik oleh ikan. Terdapatjuga bebempa kejadian dimana
kandungan lemak yang tinggi menyebabkan penurunan pertumbuhan, dan sering menjadi persoalan dalam menyusun formulasi pakan ikan.
            
            Karbohidrat
Karbohidrat kaya akan energi untuk hewan. Kebanyakan material tumbuhan adalah karbohidrat. Karbohidrat dalam material makanan dapat berupa gula yang mudah dicema hingga molekul selulosa yang kompleks dan tidak dapat dicema oleh ikan. Nilai ME karbohidrat untuk ikan berkisar antara nilai mendekati nol untuk selulosa sampai kira-kira 3,8 kkal/g untuk gula yang mudah
dicerna. Starch berkisar antara 1,2 sampai 2,0 kkal ME/g. Nilai ME Starch ini dapat meningkat menjadi 3,2 j ika dikukus. Nilai metabolisme karbohidrat untuk ikan bergantung pada sumber dan jenis karbohidrat serta proses pembuatan pakan.

Protein
Di alam, ikan karnivora mengkonsumsi makanan mengandung kira-kira 50 persen protein. Ikan memilki sistem yang sangat efisien untuk ekskresi produk nitrogen yang tidak digunakan dari protein yang dikatabolis untuk menghasilkan energi. Protein juga merupakan sumber bahan yang mahal sehingga selalu diformulasikan dalam kadar yang minimum dengan mempertimbangkan pertumbuhan maksimum dan konversi pakan yang rendah. Protein mempunyai nilai ME sekitar 4,5 kkall g untuk ikan, yang lebih tinggi dibandingkan pada mamalia dan burung.
Umumnya protein yang bersumber dari hewan lebih mudah dicema dibandingkan yang bersumber dari tumbuhan. Metode dalam prosesing dapatjuga mempengaruhi kualitas protein. Protein digunakan lebih efisien sebagai sumber energi oleh ikan tetapi untuk alasan ekonomis harus dipertahankan dalam kadar yang sangat minimum untuk menghasilkan peitumbuhan terbaik dan karbohidrat dan lemak diharapkan dapat berperan sebagai sumber energi energi utama.

            4. Kebutuhan Energi pada Ikan
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kebutuhan energi untuk maintenance dan aktivitas harus tercukupi sebelum energi digunakan untuk pertumbuhan. Jumlah makanan yang dikonsumsi seharusnya cukup untuk mensuplai kebutuhan maintenance dan masih cukup untuk pertumbuhan optimal. Efisiensi pencernaan ikan menurun dengan meningkatnya jumlah pakan yang dikonsumsi. Distribusi Energi Dalam Kaitannya Dengan Tingkat Konsumsi (Gambar 1), memperlihatkan distribusi energi yang dikonsumsi (energy intake) dengan feeding level pada ikan. Metabolisme standar (ME) pada ikan relatif konstan jika kondisi lingkungan konstan. ME berubah dengan berubahnya tempemtur dan ukuran ikan dibanding faktor lainnya. Energi yang dihasilkan untuk aktivitas voluntary akan meningkat dengan meningkatnya feeding level. Ekskresi energi melalui urin dan insang juga berhubungan dengan feeding level. Jumlah energi untuk pertumbuhan nol pada feeding level maintenance dan menjadi semakin besar dengan meningkatnya feeding level sampai mencapai titik keseimbangan akibat menurunnya efisiensi.
Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Energi Ikan membutuhkan energi bervariasi berhungan dengan berbagai faktor. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan energi ini terutama:
(a) Temperatur.
Ikan adalah organisme yang temperatur tubuhnya selalu berubah mengiukuti perubahan temperatur lingkungan. Konsukuensinya, jika terjadi peningkatan suhu menyebabkan meningkat laju metabolisme meningkat. Laju yang sangat rendah terjadi pada ikan yang hidup di bawah es dalam periode waktu tertentu dan ketersediaan makanan relatif sedikit.
(b)Aliran air.
Energi yang digunakan untuk aktivitas fisik semakin besar jika ikan berada pada aliran air yang sangat deras. Apabila energi yang dikonsumsi kurang maka laju pertumbuhan akan menurun. Biasanya ikan yang hidup pada aliran air deras kebutuhuan energinya semakin tinggi dan apabila kebutuhan energi tersebut dipenuhi akan mempercepat laju pertumbuhan.


Gambar 1. Distribusi energi pada ikan dari berbagai tingkat konsumsi. (DE digestible energy, ME - metabolizable energy, NEP - net energy for production, N"Em - net energy for maintenance, Hp - heat production). (Sumber: R. R. Smith, Tunison Laboratory of Fish Nutrition, Idaho).
(c) Ukuran tubuh.
Hewan yang berukuran kecil menghasilkan lebih banyak panas per unit berat daripada hewan berukuran besar. Ikan kecil akan mengkonsumsi makanan dengan persentase lebih besar dari berat tubuhnya dibandingkan ikan berukuran besar. Laju metabolisme mamalia % dari berat tubuh  pada ikan berkisar antara 0,34 sampai 1,0, dan faktor berat tubuh selalu digunakan untuk berbagai jenis ikan.
(d) Tingkat konsumsi.
Tingkat konsumsi juga mempengaruhi belanja energi pada ikan. Oksigen terlarut menjadi faktor penentu (limiting factor) dalam budidaya ikan. Konsumsi oksigen meningkat beberapa saat setelah aktivitas makan akibat aktivitas fisik selama proses makan dan panas akibat metabolisme nutrien. Oksigen yang dibutuhkan per unit berat pakan bervariasi pada berbagai tingkat konsumsi. Konsumsi tinggi terj adi pada tingkat maintenance tertinggi ketika terj adi banyak energi disimpan dalam bentuk permmbuhan.
(e) Faktor lain.
Beberapa faktor lain memberikan kontribusi terhadap tingginya kebutuhan energi. Kepadatan, rendahnya oksigen terlarut dan akumulasi bahan organik adalah beberapa faktor yang
mempengaruhi kebutuhan energi pada ikan.

C. Penutup
1. Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan bioenergetika dan bagaimana keterkaitan bioenergetika dengan nutrisi?
2. Jelaskan aliran energi pada ikan!
3. Sebutkan danjelaskan komponen makanan penghasil energi!
4. Sebutkan dan jelaskan faktor yang mempengaruhi kebutuhan energi pada ikan!
5. Jelaskan menggunakan gambar distribusi energi berkairtan dengan tingkat konsumsi makanan!

Daftar pustaka
Campbell PN and Smith AD, 1982. Biochemistry Illustrated. Illustrator by Harris S. Churchill Livingstone. Edinburg. London. Cho CY, Cowey CB and Watanabe T. 1985. Finfish nutrition in Asia. Methodological Approach of Research and Development. Ottawa, Ont. DCR. 154 pp.
De Silva SS, and Anderson TA. 1995. Fish nutrition in aqualculture. Chapman & Hall Aqualculture serien 1. New York. 308 p.
Du ZY, Liu YJ, Tian LX, Wang JT, Wang Y, Liang GY. 2005. Efi"ect of dietary lipid level on growth, feed utilimtition and bodycomposition by juvenil Grass Carp (Ctenopharyngodon idellla). Aquacult. Nutr. ll, 139-146.
Guyton, AC. 1994. Textbook of medical physiology. Alih bahasa Tengadi et. Al. Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta. 399 hal.

Smith, RR, 2008. Nutritional Bioenergetics in Fish. FAO Document.

LINK DOWNLOAD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar